Selasa, 19 April 2011

Sejarah Kecil Taman Lawang

Sekitar 04.00 WIB pagi, Kamis (10/3/2011), terdengar letusan tembakan di Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat.  Shakira, seorang waria  tewas  dengan dua buah peluru yang bersarang di dadanya, sedangkan rekannya, Venus dan Tantan mendapatkan luka serius dengan luka tembak di bagian dada dan pinggang.
Jalan Latuharhary, tepatnya di Taman Lawang, dikenal sebagai pusat berkumpulnya waria di Jakarta.

Sedikit bercerita tentang lokasi ini yang juga berada di dalam daerah Menteng, dulunya oleh pihak Belanda di Batavia ingin membangun sebuah proyek kota kecil yang disebut sebagai Niew Gondangdia (Menteng).

Dari berbagai sumber, pola rancangan  tersebut dibuat oleh seorang arsitek asal Belanda P.A.J Moojen pada tahun 1910 yang telah disetujui oleh Gemeente (Kota Praja). Pembangunan Niew Gondangdia sendiri dimulai pada tahun 1912 dan disempurnakan oleh F.J kubatz pada tahun 1918. perbedaan rancangan keduanya terletak pada peniadaan lapangan bundar, diganti dengan Taman Suropati yang jauh lebih kecil. Sisa lapangan luas tersebut kemudian hari dipakai untuk lapangan olahraga.

Lalu bagaimana kemudian para waria bisa berkumpul di Taman Lawang tersebut? Kordinator Arus Pelangi Widodo Budidarma, LSM yang mengurusi hak-hak waria, bercerita kepada saya , pada awal tahun 1970, para waria menjadikan Taman Lawang untuk berkumpul dan berbagai cerita tentang kehidupan mereka. Sebelumnya, sebutan waria sebelum tahun 1970 adalah ‘Wadam’.

Dodo menjelaskan, saat itu para waria belum menjadikan Taman Lawang sebagai tempat prostitusi atau para waria tersebut bahkan tidak menjajakan diri mereka kepada para ‘konsumen’. “Saat itu jumlahnya masih sedikit dan menjadikan Taman Lawang sebagai tempat mejeng,” ujar Dodo sapaan akrab Widodo.

Hingga kemudian pada sekitar tahun 1973, beberapa lelaki mulai menggoda dan merayu para waria dengan menawarkan uang. Hal itu tentunya juga menggoda waria untuk melakulan apa yang diminta para pria tersebut, meski, lanjut Dodo, tidak semua waria melakukan hal tersebut. “Banyak laki-laki yang tahu dan menggoda. Akhirnya ada yang keterusan,” katanya.

Berkumpulnya waria di Taman Lawang, juga tidak lepas dari campur tangan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin kala itu. Ali Sadikin, menurut Dodo, saat sempat mengatakan bahwa Taman Lawang boleh dijadikan sebagai tempat berkumpulnya waria.
“Ini ada ruang berkumpul buat teman teman waria. Memang Waria harus diakomodir untuk hal positif misalnya entertain dan olahraga,” kata Ali Sadikin kala itu.

Tidak hanya itu, Ali Sadikin juga mengundang waria untuk bertemu dengannya, pada pertemuan itu, Ali Sadikin mengusulkan untuk membentuk perkumpulan waria, hingga pada tahun 1973 dibentuk Persatuan Waria Jakarta (PWJ).

“Mulai saat itulah waria eksis dan dibawa masuk ke dalam dunia entertain.  Selepas kerja, waria akan kembali berkumpul di Taman Lawang,” terangnya.

Dodo menyebutkan, hingga September 2010, jumlah waria yang terdata sebanyak 4.200 waria di Jakarta, dan tidak semua waria melakukan praktek prostitusi. “Dari jumlah itu hanya sekitar 400 orang yang melakukan praktek prostitusi dan untuk prostusi adalah hak masing masing,” katanya.

Tidak hanya di Taman Lawang, waria di Jakarta Selatan berkumpul di daerah Jalan Prapanca, Jakarta Timur di sekitar penjara Cipinang, Jakarta Utara di Plumpang, dan Jakarta Barat daerah seputar Grogol. “Kegiatan kita juga seperti keadaan olah raga, kebaktian dan pengajian rutin,” tuturnya.

Dodo sendiri menceritakan, dirinya pertama kali bergabung ke Taman Lawang sekitar tahun 1995. Baginya, berkumpul di Taman Lawang tidak harus melakukan praktek prostitusi. “Saya pulang kerja dan berdandan, lalu menuju Taman Lawang. Saya tidak pernah melakukan praktek prostitusi di sana, karena di sana juga tempat untuk berkumpul,” jelasnya.

Dodo sempat menyebutkan beberapa temannya kini sudah terkenal, seperti Cheny Han yang saat ini menjadi designer ternama dan pernah mengikuti Miss Waria sedunia. Selain itu nama Dorce juga sempat disebut pernah bergabung di Taman Lawang.

Bagi Dodo, waria juga sebagai warga negara berhak mendapatkan hak-hak atas kewarganegaraannya dan tidak melakukan diskriminasi terhadap waria. Penembakan terhadap 3 waria beberapa waktu lalu harusnya menjadi pelajaran juga untuk menjaga keselamatan waria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar