Selasa, 19 April 2011

Rumah Si Pitung yang Bukan Rumah Pitung

Rumah Si Pitung yang Bukan Rumah Pitung
 
Sebuah surat kabar Hindia-Olanda pada tahun 1892 memberitakan sosok yang dikenal sebagai Si Pitung . Polisi Belanda di Batavia kala itu menggeledah sebuah rumah yang diduga sebagai rumah milik Si Pitung. Ditemukan sejumlah uang Gulden (mata uang Belanda) yang diyakini sebagai hasil curian dari Nyonya De C dan Haji Saipuddin seorang saudagar Bugis di Marunda,  Jakarta Utara.

Bagi pemerintah Belanda, nyawa pitung dihargai sebesar 400 Gulden, harga yang terbilang tinggi bagi anak yang lahir di lingkungan Rawa Belong,  Jakarta Barat. 

Saya sempat berkunjung ke Rumah Si Pitung di desa Merunda, Cilincing, Jakar Utara dan sempat berkenalan dengan seorang warga di sana yang bernama Ilham (42). Ilham menceritakan tentang sejarah rumah Pitung yang diketahuinya secara turun-temurun.

Pitung bukanlah warga Marunda kata Ilham. Bahkan rumah yang diberi nama Rumah Si Pitung adalah pemberian nama dari Museum Nasional pada tahun 1972. Warga Marunda sejak dulu lebih mengenal rumah tersebut sebagai milik Haji Saipuddin, korban perampokan Pitung.
Bahkan menurut Ilham, tidak ada keturunan dari Si Pitung yang tinggal di desa tersebut, sementara silsilah keluarga Haji Saipuddin tidak terlacak lagi oleh warga setempat.

Ilham terkenang memori berpuluh tahun yang lalu, sebuah rumah  panggung tinggi dengan kaki-kaki tiang yang berdiri kokoh hingga saat ini, wanita-wanita dulunya bekerja menumbuk padi dengan kayu yang jika diangkat tidak sampai mengenai dinding bawah rumah.

Rumah Pitung sendiri beridiri dilahan seluas 2000 meter persegi dan jika naik ke atas rumah tersebut maka hanya akan ditemukan sebuah kamar tidur. Dibagian depan rumah ditemukan kursi dan beranda, lalu melongok ke dalam ruang tamu mak ahanya terdapat barang-barang replika dari jaman dulu seperti foto, lukisan, dan lemari.

‘Tidak boleh disentuh’, begitulah tulisan yang tertempel dihampir seluruh barang replika tersebut. Beberapa tulisan juga yang terdapat di dalam rumah itu menegaskan bahwa rumah itu milik Haji Saipudin, bukan milik dari pahlawan Betawi tersebut.

Tulisan sejarawan Betawi Ridwan Saidi yang berjudul ‘Si Pitung: Perampok atau Pemberontak’ menceritakan bahwa apa yang dikenal di Marunda sebagai rumah Si Pitung adalah sesungguhnya adalah milik Haji Saipuddin.

Masih dalam pemberitaan koran Hindia-Olanda tahun 1893, Pitung menemui ajalnya saat terjadi baku tembak dengan seorang opsir Belanda yang bernama Hinne. Robin hood asal Betawi tersebut tewas dengan dua butir peluru yang bersarang di dadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar