Minggu, 01 Mei 2011

Buku (dan URL Pendek) Adalah 'Jendela Dunia'

Buku adalah jendela dunia. Kalimat ini sering sekali kita dengar atau baca di mana-mana. Ada satu quote dalam bahasa asing, yang mungkin terdengar lebih keren meski punya arti yang mirip yang menjadi salah satu favorit saya; “Without books, history is silent, literature dumb, science crippled, thought and speculation at stand still

Tanpa buku, tanpa membaca, bayangkan betapa datar dan sempitnya dunia kita. Sayangnya, tidak semua orang suka membaca. Di antara bangsa-bangsa lain di dunia, kita harus akui bahwa bangsa kita adalah salah satu yang masuk golongan pemalas untuk urusan satu ini. Bukan berarti semua orang Indonesia gak mau baca buku. Ini secara umum aja, sih.

Saat ini, informasi bisa kita peroleh dari mana saja. Printed materials, televisi, radio, internet. Bahkan ada yang bilang bahwa setiap kita adalah media. Masing-masing kita adalah sumber informasi buat orang lain.

Kalau anda aktif berkicau di twitter, atau setidaknya rajin mengamati pergerakan linimasa di channel yang satu ini, anda pasti paham bahwa pendapat tersebut ada benarnya. Siapa pun dapat menjadi corong, sumber gosip, sumber informasi, penting atau tak penting, apa pun isi kicauannya.

Jika satu orang saja berteriak di twitter bahwa terjadi gempa di daerahnya, dalam hitungan menit bahkan detik, kabar tersebut akan menggelinding tak terbendung, hingga jauh ke belahan dunia yang lain.

Belasan jam sehari terkoneksi dengan internet dan medium baru yang sering kita sebut social media, membuat saya mengerti bahwa, suka tidak suka, kita memang malas membaca. Kabar yang tak jelas valid atau tidaknya, apalagi jika datang dari seseorang yang dikenal mumpuni dan dewa di ranah maya, tak bisa dihindari, akan langsung diretweet oleh para followernya.

Dan bola salju pun bergulir. Berita yang belum tentu benar itu pun akan diamini semua orang, dan tiba-tiba saja menjadi isu paling panas.

Padahal kalau sedikit saja kita bersedia merepotkan diri dengan mengklik link berita dimaksud –yang biasanya berupa shortened URL seperti http://bit.ly/ahsjsha atau http://de.tk/GpT7a misalnya -- kita akan tahu apakah berita tersebut benar atau tidak, layak disebarkan  atau tidak.

Kita tahu betapa reaktifnya para pengguna twitter, kan? Dengan sedikit kehati-hatian, barangkali masing-masing kita dapat membantu meminimalisir kerusakan yang tak perlu.

Dialog ala twitter berikut mudah-mudahan cukup memberikan penjelasan tentang kemalasan kita.

A: Next event, kita akan ke Semarang, Bandung, Denpasar. Untuk pendaftaran dan info lengkap, cek http://de.tk/ugsD8y. See you around!
B: Gimana cara ikutannya? Denpasar kapan, dong?
A: silakan klik link yang kita tweet tadi ya mbak..
B : Oooo...

Barangkali quote lawas tapi benar tentang buku tadi sudah saatnya di-update. “Buku adalah jendela dunia. Demikian juga shortened URL.”

Tentang Penulis: Venus adalah seorang blogger dan social media specialist. Ia bisa dihubungi di http://venus-to-mars.com atau melalui akun @venustweets di Twitter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar